SUMSELDAILY.CO.ID, PARITOHAN— Di tengah sejuknya udara pegunungan Paritohan, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau INALUM menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) bukan sekadar aktivitas seremonial, melainkan bagian dari strategi bisnis berkelanjutan yang berakar pada energi bersih, ekonomi sirkular, dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam kunjungan MediaMIND ID 2025 akhir Oktober lalu, Zainuddin Iqbal Sidabutar Silalahi, VP CSR/TJSL Wilayah Paritohan INALUM, menjelaskan bahwa seluruh program sosial perusahaan disusun sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
“Program TJSL kami tidak berdiri sendiri. Semuanya punya irisan dengan pilar SDGs — sosial, ekonomi, lingkungan, dan kemitraan,” ujar Iqbal di sela kunjungan di kompleks PLTA Paritohan.
Energi Hijau: Dari Air Jadi Daya, dari Edukasi Jadi Kemandirian
Sebagai perusahaan energi berbasis air, INALUM mengoperasikan PLTA Paritohan dan Siguragura yang menyuplai 100% kebutuhan listrik pabrik aluminium di Kuala Tanjung. Di bawah semangat “energi bersih untuk masyarakat berdaya”, INALUM mengembangkan proyek Eco-Hydro Ponot, pembangkit mikrohidro mini yang digunakan untuk penerangan warung dan fasilitas wisata di Air Terjun Ponot.
“Konsepnya sederhana tapi efeknya besar. Pedagang yang mendapat listrik gratis ikut menjaga alatnya karena merasa memiliki,” jelas Iqbal.
Proyek ini menjadi laboratorium edukasi energi baru terbarukan (EBT) bagi pemuda desa sekitar Danau Toba, sekaligus contoh kecil bagaimana shared value antara perusahaan dan masyarakat bisa tumbuh alami.
Susyam Widodo, Kepala Departemen CSR INALUM, menambahkan bahwa model serupa akan dikembangkan di titik-titik aliran air deras lainnya.
“Kami ingin masyarakat di sekitar aset perusahaan ikut merasakan nilai tambah dari energi bersih. Partisipasi mereka tumbuh karena mereka terlibat langsung,” ujarnya.
Limbah Kertas Jadi Nilai Ekonomi
Dari sisi lingkungan, INALUM mengubah limbah menjadi peluang. Sampah kertas kantor yang dulu dibakar, kini diolah oleh kelompok UMKM binaan di Paritohan menjadi paperbag dan lembaran daur ulang. Hasilnya dibeli kembali oleh perusahaan untuk kebutuhan operasional seperti buku catatan dan kemasan produk.
“Biaya pembakaran limbah dengan solar bisa dihemat, sementara masyarakat mendapat tambahan penghasilan. Ini bentuk nyata ekonomi sirkular,” terang Susyam.
Salah satu pelaku UMKM binaan, Sari br. Silalahi, menceritakan perubahan yang ia rasakan sejak bergabung dalam program daur ulang.
“Dulu kami hanya ibu rumah tangga biasa. Sekarang bisa produksi 300 paperbag seminggu, dan hasilnya membantu biaya sekolah anak,” ujarnya sambil menunjukkan tumpukan tas kertas berlogo INALUM.
Sejak program berjalan pada 2023, kelompok pengrajin paperbag binaan INALUM mencatat peningkatan pendapatan rata-rata 35 persen per bulan dibanding sebelum mendapat pelatihan, sekaligus mengurangi lebih dari satu ton limbah kertas kantor setiap tahunnya.
Kelompok Sari kini mempekerjakan lima perempuan dari desa sekitar. Selain mengurangi limbah, mereka turut menanamkan kesadaran baru bahwa sampah bisa jadi sumber pendapatan.
Selain itu, INALUM bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Toba memperluas bank sampah di kawasan Danau Toba. Warga dapat menukar sampah terpilah dengan sembako menciptakan ekosistem kolaboratif antara BUMN dan pemerintah daerah dalam pengurangan sampah rumah tangga.
Tani Organik dan Produktif di Bawah Tower
Melalui program Tani Nusantara, petani di sekitar jalur transmisi listrik dilatih membuat pupuk dan pestisida organik dari bahan sekitar seperti daun pisang, rumput, dan jerami.
“Hasilnya lebih baik dan biayanya jauh lebih rendah dibanding pupuk kimia,” jelas Susyam.
Untuk menggantikan tanaman tinggi yang berpotensi mengganggu jaringan sutet, INALUM mendorong budidaya pisang barangan bekerja sama dengan perusahaan kultur jaringan di Kisaran. Bibit diberikan gratis kepada kelompok tani, dan hasil panennya dijamin pembeliannya oleh mitra industri.
“Pisang barangan tidak tumbuh tinggi, jadi aman bagi tower listrik. Kami bantu dari hulu ke hilir dari bibit, pendampingan, hingga pemasaran,” tambahnya.
UMKM Naik Kelas: Dari Desa ke Pasar Modern
INALUM kini membina lebih dari 150 pelaku usaha lokal melalui tiga Rumah BUMN di Balige, Humbang Hasundutan, dan Samosir. Melalui pelatihan manajemen, sertifikasi halal, dan pendampingan kemasan, produk binaan mulai menembus pasar modern seperti Alfamart dan Indomaret.
“Kami ingin pelaku usaha lokal tidak hanya jual ke tetangga, tapi bisa bersaing di pasar nasional. Bahkan beberapa sedang kami siapkan untuk ekspor,” ujar Susyam.
Salah satu kisah suksesnya adalah kerupuk ikan “red devil”, hasil olahan ikan hama Danau Toba yang sebelumnya dibuang oleh nelayan. Kini bahan tak bernilai itu menjadi sumber pendapatan baru bagi kelompok perempuan pesisir dan pemuda desa.
Pendidikan dan Kesehatan sebagai Pilar Sosial
INALUM juga menempatkan pendidikan dan kesehatan sebagai fondasi pembangunan sosial. Sebanyak 10 pelajar asal kawasan Danau Toba menerima beasiswa di sekolah unggulan Sopo Surung dan SMA Unggul Del.
Perusahaan tengah menyiapkan “kelas unggulan” di sekolah-sekolah sekitar Paritohan agar siswa lokal mendapat akses pendidikan berkualitas tanpa harus keluar daerah.
Di bidang kesehatan, INALUM bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dalam program penanganan stunting dan edukasi pra-nikah. Program ini menyentuh 1.000 hari pertama kehidupan anak, dengan edukasi gizi dan kesehatan reproduksi.
Akuntabilitas CSR yang Terukur
INALUM menerapkan tiga lapis pengawasan CSR audit internal, audit eksternal, dan audit khusus CSR.
“CSR kami diaudit lebih ketat daripada anggaran operasional. Setiap rupiah harus berdampak nyata,” tegas Susyam.
Dari Energi ke Ekonomi Hijau
Melalui sinergi program di bidang energi, lingkungan, pendidikan, dan ekonomi, INALUM memantapkan diri sebagai motor penggerak ekonomi hijau dan sirkular di Sumatera Utara.
“Energi kami bersih, masyarakat kami berdaya, dan lingkungan kami terjaga. Inilah wajah baru industri hijau yang tumbuh dari bumi sendiri,” tutup Susyam Widodo
