SUMSELDAILY.CO.ID, PALEMBANG — Lonjakan produksi hingga lima kali lipat yang dicapai pedagang pempek di Pasar 16 Ilir dalam setahun menjadi bukti paling konkret efektivitas pembiayaan Ultra Mikro (UMi). Di saat 48% pelaku usaha mikro nasional masih belum terhubung ke layanan keuangan formal, program ini menunjukkan bagaimana akses modal kecil dapat mengubah kapasitas usaha secara cepat dan terukur.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Sumatera Selatan mencatat penyaluran UMi mencapai Rp 1,02 triliun bagi 431.530 debitur pada 2024, dengan 62% penerimanya perempuan. Sektor kuliner dan perdagangan mendominasi, menegaskan bahwa hambatan terbesar pelaku ultra mikro bukan pada pasar, melainkan pada akses pembiayaan yang memadai.
Salah satu penerimanya adalah Herlina Sari (41), warga Kelurahan 14 Ulu, yang sebelumnya memproduksi pempek dari rumah dengan peralatan seadanya. Pengajuan kredit bank kerap ditolak karena tidak memiliki jaminan dan riwayat kredit. Setelah memperoleh pembiayaan UMi sebesar Rp 5 juta, omzetnya meningkat dari Rp 2,5 juta menjadi Rp 11 juta per bulan. “UMi membantu saya membeli peralatan produksi. Dampaknya langsung terasa,” ujarnya.
Kini, merek “Pempek Lina 14 Ulu” dikirim rata-rata 120 paket per bulan ke berbagai kota melalui pemasaran daring. Herlina juga mempekerjakan dua warga sekitar contoh efek berantai yang muncul ketika pelaku ultra mikro memperoleh akses pembiayaan yang sesuai kebutuhan.
Holding Ultra Mikro kolaborasi BRI, Pegadaian, dan PNM menerapkan model terintegrasi yang menggabungkan pembiayaan, pendampingan usaha, dan digital onboarding. Pendamping UMi di Kertapati, Sulis Apriani, mengatakan pelaku ultra mikro umumnya sudah memiliki pelanggan. “Masalah utama mereka adalah akses, literasi, dan perencanaan. UMi memperbaiki tiga-tiganya,” ujarnya.
Regional CEO BRI Palembang, Luthfi Iskandar, menyebut UMi dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai instrumen inti dalam memperluas inklusi keuangan. Penyaluran KUR di Sumsel mencapai Rp 6,1 triliun sepanjang 2024. Secara nasional, BRI menyalurkan Rp 208,6 triliun KUR, mayoritas untuk UMKM.
Analis ekonomi Universitas Sriwijaya, Dr Suhel, menilai perluasan pembiayaan ultra mikro penting untuk menjaga konsumsi rumah tangga penopang 54% PDB Indonesia. “Kenaikan kapasitas usaha kecil memperkuat rantai pasok lokal dan menciptakan lapangan kerja baru. Efeknya langsung ke ekonomi daerah,” katanya.
BPS Palembang mencatat UMKM menopang 96,7% struktur ekonomi kota dan menyerap 79% tenaga kerja. Transformasi usaha Herlina menjadi cermin bagaimana UMi bekerja pada level paling dasar: mendorong produksi, memperluas pasar, dan memperkuat fondasi ekonomi kerakyatan.
