SUMSELDAILY.CO.ID, SULBAR– Kepala Bidang Madrasah H. Misbahuddin mengajak seluruh insan Kantor Wilayah Kemeterian Agama Provinsi Sulawesi Barat untuk bersyukur.
“Kita berdiri di sini karena pendidikan, karena kita orang terdidik,” kata kabid Madrasah Misbahuddin, Selasa (2/5/2023).
Dia menyampaikan, 4 pilar pendidikan yang telah dicanangkan UNESCO. Empat pilar tersebut yakni Learning to Know (belajar untuk mengetahui). Learning to do (belajar untuk terampil melakukan sesuatu). Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Learning to know, menurut H. Misbahuddin pada pilar ini kita belajar untuk mengetahui, kita mengikuti pendidikan formal dan non formal untuk mengetahui. Kita kuliah, sekolah untuk mengetahui hal atau teori tentang mata pelajaran atau subjek yang ingin kita ketahui. Learning to do, belajar untuk melaksanakan apa yang kita ketahui, belajar untuk mengaplikasikan, menurut H. Misbahuddin ini yang biasanya tidak berjalan.
“Kita jarang mengaplikasikan apa yang kita ketahui, kita hanya sampai pada tahap belajar untuk mengetahui saja,” katanya. Lanjutnya, yang menjadi masalah kadang kita tidak sungguh-sungguh belajar terhadap pendidikan formal dan non formal kita, jadi ketika teori tidak dikuasai maka jelas kita tidak bisa mengaplikasikannya.
Sebagai contoh, ketika seorang ASN ditempatkan pada seksi kurikulum dan kesiswaan maka ia harus belajar tentang kurikulum dan kesiswaan, salah satunya kurikulum merdeka. Lalu kemudian mengaplikasikannya, kita mengajari madrasah-madrasah yang berada di bawah kita bagaimana mengaplikasikan kurikulum merdeka.
Selanjutnya, Learning to be, pada tahap ini kita menginternalisasi teori-teori yang kita pelajari dalam kehidupan kita. Ia pun memberi contoh jika kita belajar (learning to know) mengenai kejujuran, kemudian kita belajar melaksanakan (Learning to do) kejujuran itu kemudian kita menjadikan kejujuran itu menjadi bagian dari kehidupan (Learning to be).
“Dan yang terakhir adalah Learning to live, bagaimana kita hidup bersama, saling mengerti, saling memahami. Kita tidak bisa menggunakan kacamata diri kita kepada semua orang,” pungkasnya.